Langsung ke konten utama

Kebudayaan Kulon Progo

 Kenduri

1. Pengertian
Kenduri adalah sebuah tradisiberkumpul yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, biasanya laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang genduren. Bisa berujud selamatan syukuran, bisa juga bisa berujud selamatan peringatan, atau anekintensilainnya. Dalam kenduri itu dipanjatkananeka doa. Siapakah yang bisa memanjatkan doa? Biasanya ada satu orang yang dituakan berfungsi  sebagai pemimpin do’a sekaligus yang mengikrarkan hajat dari sang tuan rumah. Seorang pemimpin itu biasa juga disebut sebagaiRo’is, Modin, atau Kaum.Pemimpin ini bisa diundang sendiri karena orang itu memang sudah biasa menjalankan peran dan fungsi sebagai pemimpin doa dalam kenduri. Tetapi jika tidak ada, kenduri bisa juga dipimpin oleh orang yang dianggap tua dan mampu untuk memimpin kenduri tersebut.

2. sejarah Kenduri
Agus Sunyoto yang juga dikenal sebagai penulis sejumlah novel dengan latar belakang wali, antara lain Syekh Siti Jenar yang bersambung hingga tujuh novel itu mengemukakan bahwa ditinjau dari aspek sosio-historis, munculnya tradisi kepercayaan di Nusantara ini banyak dipengaruhi pengungsi dari Campa yang beragama Islam.“Peristiwa yang terjadi pada rentang waktu antara tahun 1446 hingga 1471 masehi itu rupanya memberikan kontribusi yang tidak kecilbagi terjadinya perubahan sosio-kultural religius di Majapahit,” kata mantan wartawan yang kini menjadi dosen budaya di Unibraw Malang itu. Ia memberi contoh kebiasaan orangCampa yang memanggil ibunya dengan sebutan “mak”, sedangkan orang-orang Majapahit kala itu menyebut“ibu”atau“ra-ina”.Di Surabaya dan sekitarnya, tempat Sunan Ampel menjadi raja, masyarakat memanggil ibunya dengan sebutan “mak”. “Pengaruh kebiasaan Campa yang lain terlihat pula dalam cara orang memanggil kakaknya atau yang lebih tua dengan sebutan `kang`, sedangkan orang Majapahit kala itu memanggil dengan sebutan `raka`. Untuk adik, orang Campa menyebut `adhy`, sedangkan di Majapahit disebut `rayi`,” katanya.Pada kesempatan itu, Agus membedakan pengaruh muslim Cina dengan Campa di masa-masa akhir kejayaan kerajaan Majapahit atau di era Wali Songo. Muslim Campa selama proses asimilasi melebur dengan penduduk setempat, hingga watak Campanya hilang dan berbaur dengan kejawaan.

3. Keunikan
Tradisi kenduri memiliki berbagai macam ketentuan khusus yang harus dilaksanakan sesuai adat istiadat yang berlaku sejak zaman dahulu. Berawal dari persiapan berbagai macam makanan khas kenduri yang terdiri dari nasi gurih, nasi putih, nasi golong, rempeyek kacang, teri, krupuk, tempe, thontho, ayam ingkung, sambel ghepeng, sambel kacang panjang, lalapan, jenang (bubur) merah putih, dan  jenang baro-baro, yaitu  jenang katul  yang diberi parutan kelapa dan sisiran gula jawa. Beberapa dari unsur makanan tersebut memiliki makna tersendiri yang sangat erat hubungannya dengan alam sekitar.Unsur-unsur makanan yang terdapat dalam acara tersebut cukup lengkap dan banyak variasi. Masyarakat jawa tentunya memiliki alasan mengapa menyajikan berbagai jenis makanan yang begitu lengkap untuk sebuah acara Kenduri. Berikut dijelaskan alasan mendasar atas penyajian berbagai jenis makanan dalam acara kenduri. Islam di Indonesia tentu berbeda dengan Islam yang berkembang di Timur Tengah, sebelum Islam masuk orang – orang Jawa banyak sekali yang menganut agama Hindu yang padasaat itu berkembang pesat di nusantara, bahkan ada juga kalangan masyarakat Jawa yang menganut agama Jawa sebagai pedoman hidup mereka, dan hal–hal yang demikian itu berakulturasi seiring dengan masuknya islam di tanah Jawa dankemudian melebur menjadi satu yang kemudian sering kita kenal dengan sebutan islam Jawa atau islam kejawen. Sebenarnya, keberadaan Islam kejawen hingga saat ini masih menimbulkan kontroversia. Itu artinya, ada perbedaan pendapat mengenai status aliran islam kejawen ini. Bagi mereka yang pro (mendukung), tentu aliran ini dianggap sah-sah saja tampa menyalahi ajaran Islam. Namun, bagi mereka yang kontra (menolak), maka aliran ini dianggap sesat dan menyesatkan. Nah yang menjadi persoalan, jika memamng Islam kejawen itu sesatdan kafir, lantas mengapa para wali(khusunya Sunan Kalijaga) yang nota bene adalah gurunya para walidi Tanah Jawa, menggunakan media kejawen sebagai media dakwah penyebaran Islam? Tentunya, masing-masing dari kita memiliki jawaban yang berbeda tentang masalah ini

4. Opini saya
menurut saya adat istiadat ataupun kebudayaan kenduri ini perlu dilestarikan terus dan jangan sampai budaya kenduri ini luntur dianak cucu kita. kita harus selalu menurunkan kebudayaan-kebudayaan yang sudah kita miliki.

5. Sumber :
https://pandiahmad2706.wordpress.com/2014/06/23/kenduri/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C7093695461

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesenian kulon progo

Jathilan 1. Pengertian jathilan Pengertian Jatilan.Jathilan adalah kesenian yang telah lama dikenal oleh Masyarakat Yogyakarta dan juga sebagian Jawa Tengah. Jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. Tersemat kata “kuda” karena kesenian yang merupakan perpaduan antara seni tari dengan magis ini dimainkan dengan menggunakan properti berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang).Dilihat dari asal katanya, jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa “jaranne jan thil-thilan tenan,” yang jika dialihbahasakanke dalam bahasa indonesia menjadi “kudanya benar-benar joget tak beraturan”.  Joget beraturan (thil-thilan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathilan utamanya ketika para penari telah kerasukan. 2. Sejarah jathilan Kesenian tari jathilan dahulu kala sering dipentaskan pada dusun-dusun kecil.  Pementasan ini memiliki dua tujuan, yang pertama yaitu sebagai sarana menghibur rakyat sekitar, dan yang kedua juga d...

Bangunan Kerenn!! di Kulon progo

Kulon progo memiliki monumen unik yang terletak dipertigaan jalan utama dusun Kutan,  Desa Jatirejo,  Kecamatan Lendah.  Bentuk monumen tersebut menyerupai botol berwarna kuning  dengan sedikit sentuhan hijau pada ujung atasnya. Masyarakat menyebutnya Tygu Gendul yang diambil dari kata 'botol'dalam bahasa Jawa. Tugu Gendul semakin dikenal banyak orang karena sering dijadikan penanda jalan. Meski demikian tidak semua orang tahu makna dan sejarah di balik monumen unik itu. “Saya juga tahunya karena bentuknya mirip botol. Kalau tanya jalan sama orang sekitar sini, biasanya dapat ancer-ancer dari Tugu Gendul,” kata Budi, salah satu pengendara sepeda motor yang kebetulan melewati Tugu Gendul, beberapa waktu lalu. Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Kulonprogo, Krissutanto memaklumi jika masyarakat tidak mengetahui latar belakang dibangunnya Tugu Gendul. Terlebih karena tidak ada keterangan sejarah yang bisa d...